Data Buruk Cina Pemicu Risk Appetite

Wednesday, October 3, 20120 comments


Pasar mungkin telah menyambut baik pengumuman rencana anggaran Spanyol pada hari Kamis minggu lalu, tapi itu bukan merupakan satu-satunya peristiwa yang memicu Risk Appetite, karena Cina juga turut membuat investor berselera terhadap aset-aset beresiko. Para pelaku pasar mengatakan bahwa spekulasi tentang pelonggaran kebijakan lebih lanjut dari Bank Sentral Cina akan memicu rally pada aset dengan imbal hasil lebih tinggi, termasuk Commodity Dollar (AUDUSD, USDCAD, NZDUSD).

Bank Sentral telah secara agresif memompa likuiditas ke dalam perekonomian tahun ini, memangkas suku bunga dan cadangan wajib perbankan (RRR) beberapa kali. Di masa lalu, rendahnya angka inflasi biasanya akan memicu pasar berspekulasi atas pelonggaran kebijakan moneter dari PBOC. 

Jadi, apa yang membuat investor berspekulasi bahwa Cina akan segera melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat?

Sebagian besar karena penurunan laba industri di Negara itu. Biro Statistik Nasional melaporkan bahwa laba perusahaan industri terbesar di Cina turun sebesar 6.2% dibandingkan dengan tahun lalu. Tidak hanya penurunan yang lebih besar dari pada penurunan tahunan sebesar 5.4% pada bulan Juli, total laba bersih sebesar CNY 381.2 triliun pada bulan tersebut juga menunjukkan laba terendah yang dihasilkan pada tahun ini.

Mungkin sebagian orang akan bertanya mengapa buruknya laporan akan memicu risk appetite ketika data ekonomi Cina yang mengecewakan seharusnya menyebabkan risk aversion, karena itu berarti pertumbuhan Cina sedang melambat.

Ini terlihat seperti sebuah berita buruk telah meyakinkan sekelompok pelaku pasar bahwa PBOC akan segera memompa lebih banyak uang ke dalam perekonomian, menyusul langkah Bank Sentral lainnya baru-baru ini.

Pada hari Selasa, Bank Sentral telah menyuntikkan CNY 365 miliar ke dalam pasar uang. Bank Sentral telah melakukan operasi terbuka secara rutin, dua kali seminggu dengan menawarkan reverse repo. Namun, jumlah jumlah kali ini merupakan suntikan dana terbesar yang pernah kita lihat.

Akibatnya, langkah tersebut membuat investor berharap bahwa PBOC akan terus melonggarkan kebijakan moneter. Investor berharap Bank Sentral akan menurunkan biaya pinjaman guna membantu perusahaan, sehingga dapat membantu mereka mengatasi buruknya kondisi bisnis saat ini. Para pelaku pasar merasa yakin bahwa PBOC akan mendukung perekonomian karena melambatnya pertumbuhan. Kini, tampaknya Cina menjadi satu-satunya Negara perekonomian terbesar yang masih memiliki peluang untuk melonggarkan kebijakannya.


Namun, PBOC memiliki pemikiran lain. Bank sentral menyuntikkan CNY 365 miliar ke dalam perekonomian, yang berarti hanya meningkatkan likuiditas 0,4% dibandingkan pemangkasan cadangan wajib perbankan. Lebih penting lagi, langkah ini menggambarkan bahwa PBOC terjebak dalam dilema, seperti apa yang telah dilakukan ECB dan the Fed, dimana keduanya berjanji untuk membeli obligasi dengan jumlah tak terbatas guna mendukung perekonomian mereka.

Bagi saya, hal ini mencerminkan ketidakmampuan PBOC untuk menerapkan langkah kebijakan longgar yang agresif, seperti yang telah dilakukannya di awal tahun. Efek samping dari penurunan suku bunga dan cadangan wajib perbankan telah membatasi pergerakan Bank Sentral untuk melakukan aksi yang lebih agresif, seperti reverse repo. Perlu diingat bahwa Cina memiliki resiko meningkatnya utang dan melonjaknya harga konsumsi dan harga rumah, jika mereka secara agresif meningkatkan money supply.

Ini alasan mengapa saya tidak berpikir bahwa data Cina yang mengecewakan akan terus memicu risk appetite di masa depan. Tapi sekali lagi, itu hanya pendapat saya. Saya tertarik untuk mendengar apa yang kalian pikirkan juga melalui kolom komentar dibawah. Cheers! :)
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Enhancing the News - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Premium Blogger Template