Pasar mungkin telah menyambut baik pengumuman rencana
anggaran Spanyol pada hari Kamis minggu lalu, tapi itu bukan merupakan satu-satunya
peristiwa yang memicu Risk Appetite, karena
Cina juga turut membuat investor berselera terhadap aset-aset beresiko. Para
pelaku pasar mengatakan bahwa spekulasi tentang pelonggaran kebijakan lebih
lanjut dari Bank Sentral Cina akan memicu rally pada aset dengan imbal hasil
lebih tinggi, termasuk Commodity Dollar (AUDUSD, USDCAD, NZDUSD).
Bank Sentral telah secara agresif memompa likuiditas ke
dalam perekonomian tahun ini, memangkas suku bunga dan cadangan wajib perbankan
(RRR) beberapa kali. Di masa lalu, rendahnya angka inflasi biasanya akan memicu
pasar berspekulasi atas pelonggaran kebijakan moneter dari PBOC.
Jadi, apa yang
membuat investor berspekulasi bahwa Cina akan segera melonggarkan kebijakan
moneternya dalam waktu dekat?
Sebagian besar karena penurunan laba industri di Negara
itu. Biro Statistik Nasional melaporkan bahwa laba perusahaan industri terbesar
di Cina turun sebesar 6.2% dibandingkan dengan tahun lalu. Tidak hanya
penurunan yang lebih besar dari pada penurunan tahunan sebesar 5.4% pada bulan
Juli, total laba bersih sebesar CNY 381.2 triliun pada bulan tersebut juga
menunjukkan laba terendah yang dihasilkan pada tahun ini.
Mungkin sebagian orang akan bertanya mengapa buruknya laporan
akan memicu risk appetite ketika data ekonomi Cina yang mengecewakan seharusnya
menyebabkan risk aversion, karena itu berarti pertumbuhan Cina sedang melambat.
Ini terlihat seperti sebuah berita buruk telah
meyakinkan sekelompok pelaku pasar bahwa PBOC akan segera memompa lebih banyak
uang ke dalam perekonomian, menyusul langkah Bank Sentral lainnya baru-baru
ini.
Pada hari Selasa, Bank Sentral telah menyuntikkan CNY
365 miliar ke dalam pasar uang. Bank Sentral telah melakukan operasi terbuka
secara rutin, dua kali seminggu dengan menawarkan reverse repo. Namun, jumlah jumlah kali ini merupakan suntikan dana
terbesar yang pernah kita lihat.
Akibatnya, langkah tersebut membuat investor berharap
bahwa PBOC akan terus melonggarkan kebijakan moneter. Investor berharap Bank
Sentral akan menurunkan biaya pinjaman guna membantu perusahaan, sehingga dapat
membantu mereka mengatasi buruknya kondisi bisnis saat ini. Para pelaku pasar
merasa yakin bahwa PBOC akan mendukung perekonomian karena melambatnya
pertumbuhan. Kini, tampaknya Cina menjadi satu-satunya Negara perekonomian
terbesar yang masih memiliki peluang untuk melonggarkan kebijakannya.
Namun, PBOC memiliki pemikiran lain. Bank sentral
menyuntikkan CNY 365 miliar ke dalam perekonomian, yang berarti hanya
meningkatkan likuiditas 0,4% dibandingkan pemangkasan cadangan wajib perbankan.
Lebih penting lagi, langkah ini menggambarkan bahwa PBOC terjebak dalam dilema,
seperti apa yang telah dilakukan ECB dan the Fed, dimana keduanya berjanji
untuk membeli obligasi dengan jumlah tak terbatas guna mendukung perekonomian
mereka.
Bagi saya, hal ini mencerminkan ketidakmampuan PBOC
untuk menerapkan langkah kebijakan longgar yang agresif, seperti yang telah
dilakukannya di awal tahun. Efek samping dari penurunan suku bunga dan cadangan
wajib perbankan telah membatasi pergerakan Bank Sentral untuk melakukan aksi
yang lebih agresif, seperti reverse repo. Perlu diingat bahwa Cina memiliki
resiko meningkatnya utang dan melonjaknya harga konsumsi dan harga rumah, jika
mereka secara agresif meningkatkan money supply.
Ini alasan mengapa saya tidak berpikir bahwa data Cina
yang mengecewakan akan terus memicu risk appetite di masa depan. Tapi sekali
lagi, itu hanya pendapat saya. Saya tertarik untuk mendengar apa yang kalian
pikirkan juga melalui kolom komentar dibawah. Cheers! :)
Post a Comment